Archive for May 20, 2020

HARI INI CERITA TENTANG KEMARIN

Kelapa

Akhir dari suatu proses adakalanya menjadi awal bagi proses selanjutnya. Begitu juga dengan kehidupan, berproses. Bertambah usia itu pasti, menjadi dewasa dan bijaksana adalah pilihan. Empan papan empan panggonan.

Pernah mengikuti pengajian. Untuk mendapatkan secangkir santan membutuhkan proses yang berliku. Berawal dari kelapa di pohon. Harus menunggu cukup waktu untuk memasakkan diri agar mampu menyimpan inti kelapa, yaitu santan. Ketika tiba akhir masa semedi mematangkan diri, sebuah kelapa harus dijatuhkan. Jatuh itu sakit. Ketika sampai di bawah, belum hilang rasa sakitnya harus “disumbat” untuk mengeluarkan batok kepala.. eh, kelapanya. Belum cukup rasa sakit disumbat, kelapa harus dipukul agar pecah badannya untuk mengeluarkan isi kelapanya. Apakah cukup? Belum. Selanjutnya biji kelapa harus dikerok, diserut atau diparut dengan ujung-ujung tajam. Sakit? Ya sakitlah. Andai kelapa bisa ngomong, pastinya akan meronta-ronta betapa sakitnya diparut dengan ujung lancip yang perih. Selesaikah prosesnya? Belum. Kelapa harus diperas untuk mengeluarkan santannya. Walau harus diberi air seolah sebagai penyejuk, apakah diperas itu enak? Sepertinya tidak. Diperas itu bagaimanapun basahnya, tetaplah suatu proses yang menyakitkan. Sekali lagi, andai kelapa bisa ngomong.

Bagaimana dengan hasil santannya? apakah layak masak? apakah enak atau nikmat untuk dikonsumsi? Tergantung kualitas kelapa, koki dan bumbu lainnya.

Begitu juga dalam kehidupan. Kadang kita harus melewati berbagai halangan, rintangan, cobaan, ujian mulai yang ringan hingga berat, dari yang kecil sampai besar, mulai yang sedikit hingga banyak. Kadang hanya sebatas menyebalkan, tapi kadang sampai menyedihkan dan menyakitkan. Berkali-kali. Berulang. Tapi akhirnya akan ditemukan inti dari sari proses kehidupan tersebut. Hikmah. Bagi yang mau dan mampu menemukannya. Mau belajar. Mau mendengarkan lebih dari sekedar mendengar. Listening more than hearing. Mendengarkan ada unsur menyimak dan memahami layaknya tawaduk seorang santri pada kyainya. Bukan sekedar mendengar sebagai sebatas etika sosial, ada orang bicara lalu didengarkan. Karena kadang ditemukan orang yang terlalu keras berbicara meski atas nama kebenaran hingga telinganya sendiri susah mendengar suara kebenaran dari orang lain. Hanya mendengar, belum mendengarkan.

Setelah berproses, belajar, mendengarkan, apakah inti kehidupan tersebut membahagiakan? Enak dirasakan?
Tergantung pribadi masing-masing bagaimana mengolahnya, membumbuinya dan menyajikannya. Karena disitulah bedanya kelapa dan manusia. Kelapa sebatas menjalani alur hidupnya tetapi manusia bisa mewarnai alur hidupnya. Manusia adalah makhluk yang sempurna. Fii ahsani taqwiim. Bukan sekedar lahiriah cantik, ganteng, tampan atau sebutan lainnya. Tetapi manusia diciptakan dengan dibekali akal dan nafsu. Apakah cobaan dan ujian disikapi dengan tak putus doa harapan pada Ilahi Rabbi atau direspon dengan caci maki sibuk menyalahkan sana sini, abai untuk instropeksi dan refleksi diri.

Butuh keseimbangan rasa dan logika. Menjalani kehidupan bersama untuk saling menjaga keseimbangan alam agar terjaga keselarasan dan kelestariannya. Kadang inti pribadi kita didapat melalui proses bersama orang lain. Tak ada sehelai daunpun yang jatuh tanpa kehendak dan ijin Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa. Manusia makhluk sosial. Maka lahirlah etika dan tata krama. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Wani ngarepe ojo wedi mburine. Eh, kebalik. Ingat pula Nek wedi ojo wani-wani. Nek wani ojo wedi-wedi. Sekali layar terkembang, Pantang biduk surut ke pantai. Menempatkan diri dimanapun berada secara proporsional sesuai posisi dan kondisi berbekal inti yang didapatkan dari proses kehidupan yang dialami. Alam takambang jadi guru.

Terbanglah pergi tinggi tapi jangan lupa tetap membumi. Boleh menoleh ke belakang atau ke samping. Tetapi sebentar saja, jangan lama-lama sampai lalai untuk melangkah dan bergerak ke depan. Maju dengan ilmu. Berkarya dengan etika dan bijaksana. Berbagi dengan hati. Pinter tapi ojo minteri.Sekti ning ra sah kemaki. Agung ning ojo adigung.
Itu cerita hari ini tentang hari kemarin. Sebagai bekal untuk menjalani hari ini dan selanjutnya. Suatu saat, Nanti kita akan cerita tentang hari ini, seperti di film “itu”

 

May 20, 2020 at 11:10 pm Leave a comment


About Me

Who dares to teach must never cease to learn.

Seorang guru yang ingin terus belajar dan berbagi. Sukses sendiri itu hebat tapi sukses bersama lebih hebat. Kolaboarasi menyiapkan generasi terbaik masa depan.

The Calender

May 2020
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Go Green

Ayo Membaca

Categories