Posts filed under ‘Education’

Prinsip SMM ISO 9001 dalam Masa PJJ dan Kesiapan PTM

3 minggu PJJ

Kebijakan baru terkait penyelenggaraan pembelajaran dalam masa pandemi covid-19 masih menjadi tantangan bagi para insan Pendidikan. Kemdikbud memperluas ijin penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dan di Jawa Timur diikuti Surat Gubernur tentang Ujicoba Pembelajaran Tatap Muka Terbatas jenjang SMA/SMK/ SLB di Jawa Timur yang menekankan beberapa hal terkait kesiapan dan protokol pelaksanaan PTM.

Meskipun beberapa panduan praktis mulai penyederhanaan KI-KD mata pelajaran hingga modul-modul baik untuk siswa, guru hingga orang tua, tetap prinsip utama adalah Kesehatan warga menjadi yang utama. Sisi lain tumbuh kembang siswa dan psikososial juga harus menjadi pertimbangan dalam layanan Pendidikan.

Langkah pertama tentu memastikan sarana prasana protokol kesehatan yang ketat sudah dipenuhi bagi lembaga sekolah yang siap melaksanakan PTM sambil terus berkoordinasi dengan pihak berwenang Gugus Tugas Covid-19 di daerah masing-masing. Tak kalah pentingnya adalah mendapatkan persetujuan juga dari orang tua melalui Komite Sekolah karena orang tua masih berhak tidak mengijinkan anaknya untuk mengikuti PTM jika merasa belum nyaman dengan kondisi yang ada.

Maka skenario Plan A atau Plan B atau kombinasi Plan A dan Plan B tetap harus disiapkan oleh sekolah dibawah koordinasi dan kebijakan Kepala Sekolah dengan memperhatikan juga kondisi internal sekolah, baik sumber daya sarana prasarana hingga sumber daya manusianya. Memastikan bahwa fasilitas dan protokol kesehatan bagi warga sekolah tercukupi. Lebih penting lagi adalah pendampingan dan fasilitasi dalam menyiapkan perangkat yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan PTM. Memastikan setiap warga telah siap lahir batin untuk melaksanakan PTM dengan motivasi dan harapan positif. Hal ini penting untuk menjaga dan meningjkatkan imunitas atau daya tahan kesehatan. Karena jika kebijakan PTM disikapi atau dijalani dengan rasa was-was yang berlebihan akan menuju ke arah stress yang beresiko menurunkan imunitas. Tetapi jika disikapi dengan kekuranghati-hatian juga sangat beresiko.

Menyiapkan kondisi tersebut tak ada salahnya mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001. Meski secara administrasi sertifikasi SMM ISO tidak digunakan tetapi budaya SMM melalui implementasi prinsip-prinsipnya dapat menjadi alternatif. SMM ISO versi terbaru (2015) menetapkan prinsip-prinsipnya disederhanakan menjadi 7 dari 8 prinsip pada versi sebelumnya (2008). Tetapi intinya tidak jauh berbeda yaitu dalam rangka mengelola lembaga agar tetap terjaga dan meningkat mutunya. Khusus lembaga pendidikan sudah diterbitkan versi IWA-2.

Referensi 7 prinsip tersebut diuraikan singkat sebagai berikut.

1. Customer Focus
Fokus Customer atau pelanggan adalah prioritas SMM. Implementasinya dengan memenuhi kebutuhan dan jika dipandang perlu bisa melebihi harapan pelanggan untuk ketercapaian kepuasan pelanggan. Siapa pelanggan sekolah? Yang utama saat ini adalah Peserta didik. Presiden Jokowi menganalogikan fokus pada peserta didik dengan sistem chat atau percakapan pada aplikasi Whatsapp (WA), mulai sent centang satu dan dua hingga delivered centang dua warna hijau. Selain itu pelanggan sekolah tentu saja orang tua khususnya dan masyarakat umumnya. Pelanggan selanjutnya adalah birokrasi baik vertikal maupun horisontal. Untuk jenjang SMK memiliki pelanggan INDUKA.

2. Leadership
Pemimpin. Merumuskan tujuan, menetapkan tujuan berdasarkan analisis sejarah, kondisi terkini dan tantangan masa depan serta memastikan setiap elemen bergerak dan memfasilitasi dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Ngayomi lan ngayemi.

3. Engagement of People
Melayani dan memenuhi harapan pelanggan akan lebih mudah bila didukung oleh setiap personal yang kompeten, melalui pemberdayaan dan dukungan. Prakteknya dengan merekayasa atau mengkondisikan setiap warga untuk memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan. Hindari ketergantungan pada personal karena selain akan menimbulkan kesenjangan juga akan kesulitan jika tiba saat personal harus meninggalkan lembaga maka sistem akan terganggu. Libatkan warga sekolah untuk mendiskusikan tantangan dan rintangan yang ada dalam rangka mengumpulkan alternatif solusi. Dengan demikian warga sekolah akan memiliki roso hardarbeni bersama-sama.

4. Process Approach
Bisnis proses sebuah lembaga terdiri dari beberapa sub-proses yang saling terkait. Output satu sub-proses bisa jadi menjadi input bagi sub-proses yang lain. Pastikan masing-masing sub-proses tetap berpedoman pada bisnis proses dan tujuan utama. Pastikan bahwa fokus utama masa pandemi covid-19 saat ini adalah kesehatan dan keselamatan warga. Pastikan setiap program dan tindakan mengarah kesitu. Pembelajaran belum fokus pada target capaian kurikulum tetapi pembelajaran bermakna yang akan menanamkan senang belajar dan belajar sepanjang hayat.

5. Improvement
Untuk bertahan dalam persaingan butuh fokus pada improvement (peningkatan kualitas). Satu-satunya yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Maka satu-satunya pilihan adalah beradaptasi dengan perubahan termasuk Kenormalan Baru termasuk dalam layanan Pendidikan. Tahap lanjutan dari adaptasi adalah menjaga dan meningkatkan kualitas (improvement). Maka monitoring dan evaluasi secara berkala penting dilakukan bersama-sama.

6. Evidence Based Decision Making
Membuat keputusan berdasarkan bukti, data dan fakta. Menetapkan kesimpulan sebuah permasalahan berdasarkan analisis data dan fakta. Siapkan dokumen atau instrumen terkait hingga rekaman atau bukti fisik sebagai dasar monitoring dan evaluasi untuk keputusan-keputusan selanjutnya.

7. Relationship Management
Menjaga hubungan baik dengan pihak terkait untuk mendukung capaian kuaitas Lembaga. Sukses sendiri itu hebat tetapi sukses bersama itu lebih hebat. Maka tiada kesuksesan dalam kesendirian. Jalin hubungan dengan pihak-pihak terkait, khususnya dengan lembaga kesehatan pada masa pandemi ini.

Tak ada generasilisasi teori atau praktek terbaik. Yang ada adalah yang paling efektif. Efektif sesuai dengan variabel masing-masing, seni implementasi masing-masing. Perlakuan variabel A berdampak positif pada obyek B belum tentu sama hasilnya pada obyek C. Maka dari itulah dalam karya ilmiah dinyatakan batasan masalah.

Prinsipnya adalah upaya untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas layanan pendidikan, baik PJJ maupun PTM, khususnya dalam masa pandemi covid-19

Bismillahirrahmanirrahiim…

August 10, 2020 at 10:22 am Leave a comment

IKIGAI, Manajemen Emosi dan PJJ yang Belum Usai

Review dan Refresh 1 Minggu PJJ

Masih bertahan dengan prinsip utama PJJ dalam masa darurat selama pandemi Covid-19 bahwa kesehatan warga sekolah dan masyarakat adalah yang utama. Pembelajaran harus tetap dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban pelayanan Pendidikan. Pembelajaran bermakna yang belum fokus pada target capaian kurikulum tetapi menekankan kebermaknaan belajar khususnya pada Pendidikan kecakapan hidup dan karakter, Pola Hidup Bersih dan Sehat serta karakter Pelajar Pancasila.

Beragam upaya telah dilakukan banyak pihak untuk menyikapi keadaan. Mulai dari penetapan keputusan dan peraturan, panduan, buku saku, webinar hingga tatap muka virtual baik bersifat langsung maupun dibagikan tautan atau link-nya. Berbagai pilihan disajikan bahkan kadang terasa sampai bingung memilih dan memulai dari mana, khususnya bagi Guru sebagai ujung tombak di lapangan. Guru pun telah berjuang sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik. Satu per satu variasi pembelajaran baik daring atau luring dipraktekkan menyesuaikan dengan perkembangan. Kinerja Guru menjadi ganda. Biasanya Guru hanya merancang dan mendampingi pembelajaran bersama peserta didik. Tetapi kini Guru harus merancang dan mendampingi pembelajaran untuk peserta didik dengan mempertimbangkan kondisi orang tua atau walinya.

Apakah berbagai upaya tersebut terbukti efektif?

Banyak pihak berharap pada kinerja Guru yang maksimal untuk menyikapi kondisi yang ada. Lalu siapa yang menemani Guru?

Di bawah ini disajikan beragam tautan yang dapat menjadi rujukan atau referensi bagi Guru dan pihak terkait dalam rangka meningkatkan kualitas PJJ Bermakna di masa pandemic covid-19

Kepada Guru-Guru Hebat..

“Tetaplah bersinar seperti Bintang meskipun dipandang kecil. Karena sejatinya Bintang lebih besar dari Bumi apalagi jika dibanding dengan yang memandangnya”

-quote-

Referensi Panduan Guru untuk Tatanan Belajar Baru 2020/2021_Manajemen Emosi
https://www.sekolah.mu/program/panduan-guru

Referensi Manajemen Karir-Tujuan Hidup Siswa – IKIGAI
https://www.sekolah.mu/program/smk-siap-karier

 

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
https://drive.google.com/file/d/1Ny-sTBnsbLWDPfkBb-Ah-91miIlmyD8n/view?usp=sharing

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran SMK (Perdirjen Dikdasmen No. 464/D.D5/KR/2018)
https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/4097/kompetensi-inti-dan-kompetensi-dasar-mata-pelajaran-smk-perdirjen-dikdasmen-no-464dd5kr2018

Referensi Anatomi RPP 1 Halaman Mengacu Surat Edaran Mendikbud No 14 Tahun 2019
https://drive.google.com/file/d/1PT_tsrMqmxS7HaSjoDqc_KPM8l_LtkbP/view?usp=sharing

Referensi RPP Inspiratif Tim Balitbang Kemdikbud
https://drive.google.com/file/d/18ftLfNEPp7y7u53s0_1XavnlCVKi7hi3/view?usp=sharing

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3451 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah pada Masa Kebiasaan Baru
https://drive.google.com/file/d/1SbWxwF595el_0VWWAvQFtHL5gbpwL_zl/view?usp=sharing

Surat Edaran Sesjen No 15 Tahun 2020 terkait Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/SE%20Sesjen%20Nomor%2015%20Tahun%202020.pdf

Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah berdasar Surat Edaran Sekretaris Jenderal No.15 Tahun 2020
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/kemendikbud-terbitkan-pedoman-penyelenggaraan-belajar-dari-rumah

Panduan Pembelajaran Jarak Jauh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020 bagi Guru selama Pandemi Covid-19 dengan Semangat Merdeka Belajar
https://drive.google.com/file/d/12EEF-A-UJMJuPLIzZQPwpw9vJXJam_BE/view?usp=sharing

Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) berdasar Keputusan Bersama 4 Menteri; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri
https://drive.google.com/file/d/1N3faoh2gk99fMU3pm7kZLiQDJ76MeEPJ/view?usp=sharing

Panjuan PJJ SMK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
https://drive.google.com/file/d/1Z206Ohvda7CsAa_SanYbkuQfxm8Nk6cR/view?usp=sharing

Portal guru berbagi RPP dan praktik baik lainnya dari Kemdikbud
https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/

Webinar guru belajar pendidikan menengah dan pendidikan khusus
http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/

Portal berbagai dukungan dalam mengatasi COVID19. Isinya banyak sekali
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/

Panduan Asesmen di Awal Pembelajaran
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/panduan-asesmen-di-awal-pembelajaran/

Buku saku Asesmen Kognitif Berkala
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/buku-saku-asesmen-kognitif-berkala/

Penggunaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Masa Pandemi COVID-19
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/penggunaan-bantuan-operasional-sekolah-bos-di-masa-pandemi-covid-19/

Buku Saku Panduan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/buku-saku-panduan-pembelajaran-di-masa-pandemi-covid-19/

Modul Asesmen Diagnosis Diawal Pembelajaran
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/modul-asesmen-diagnosis-diawal-pembelajaran/

Surat Kabar Guru Belajar Sekolah Lawan Corona: Praktik baik PJJ dari Kampus Guru Cikal dan Komunitas Guru Belajar
https://bit.ly/SKGuruBelajarSLC

Panduan Sekolah Lawan Corona 5 M – Kampus Guru Cikal & Komunitas Guru Belajar
https://bit.ly/PanduanSLC5M

Referensi Panduan Guru untuk Tatanan Belajar Baru 2020/2021
https://www.sekolah.mu/program/panduan-guru

August 4, 2020 at 9:35 am Leave a comment

7 Hari 7 Malam

Semedi

Jarum detik terus berputar konsisten. Menggerakkan jarum menit dan jam. Pertanda kehidupan terus berjalan. Manusia tumbuh dan bergerak. Baik raga maupun jiwanya. Peradaban terus berkembang. Selalu berubah. Setiap orang harus siap berubah. Sampai kapanpun. Hingga waktu berhenti.

Setiap orang memiliki jatah waktu yang sama. Untuk menikmati atau meratapi hidup. Tergantung masing-masing memaknai hidupnya. Setiap orang dibentuk oleh pengalaman masa lalu, perjalanan yang sedang dilalui dan masa depan yang menjadi orientasi. Ingin berbuat di dalam proses petualangan atau sekedar menjadi penonton dan menikmati diluar arena. Memilih keluar dari zona nyaman atau rebahan bertahan di zona nyaman. Bergaul dengan ragam kehidupan dengan aneka perbedaan atau mencukupkan diri bahagia dan bangga dengan yang seirama. Tantangan dan keragaman mengajarkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Keseragaman membatasi kedalaman dan keluasan pikiran. Hidup adalah pilihan.

7 hari 7 malam. Semedi. Orang lain ada yang menyebutnya isolasi. Tergantung kemampuan dan kemauan masing-masing dalam mengelola manajemen diri dan membaca. Iqro’. Banyak hal yang bisa dipikirkan dan dilakukan. Dipikirkan untuk dipecah-pecah menjadi rencana yang dinyatakan, dilakukan. Bukan sekedar angan-angan. Dari yang kecil hingga yang besar. Dari yang sederhana hingga yang rumit dan kompleks. Dari yang butuh kerjasama hingga kolaborasi dari variabel yang berbeda. Memanfaatkan setiap detik putaran jarum jam bermakna. Membunuh waktu yang seolah tak berguna jika tak diisi dengan karya. Abaikan yang diluar sana dengan segala komentarnya. Sudah dari jamannya nenek moyang kita banyak orang senang melihat orang lain susah dan susah lihat orang lain senang. Tapi yakinlah masih banyak yang peduli dan senang dengan karya nyata, sekecil apapun bentuknya. Setiap waktu diisi dengan tindakan nyata, jangan berhenti dan bangga hanya dengan pandai merangkai kata-kata.

Dari bangun tidur hingga tidur lagi banyak yang bisa dibuat dan bermanfaat. Uthek. Kata nenek berasal dari kata utek (otak). Mikir. Berpikir mencari solusi. Menghadapi masalah dengan berbuat yang bermanfaat. Tidak hanya untuk diri sendiri. Kontemplasi dibutuhkan untuk mengkalkulasi diri sendiri. Kadang waktu yang ada digunakan dengan sibuk menilai orang lain hingga abai untuk koreksi diri sendiri. Banyak hal yang seharusnya bisa dilakukan tetapi tidak dilakukan. Beberapa justru suatu kewajiban tetapi lalai dikerjakan. Kadang tidak bisa menerima pantulan dari cermin retak. Jika buruk rupa maka cermin retak yang dijadikan sebab. Tetapi jika rupawan tetapkan diri yang menawan. Sejatinya cermin retak atau utuh menampilkan bayangan yang sama.

Pelajaran dari “Guru” Corona, membuka mata daily activities yang selama ini tidak dilakukan harus segera dilakukan. Pola hidup bersih dan sehat, olah raga, makan makanan sehat dan bergizi dan usaha sehat lainnya. Khususnya sehat rohani. Meningkatkan ibadah dan keshalehan. Shaleh ritual personal dan shaleh sosial. Memanfaatkan waktu dengan bijaksana untuk membaca dan berkarya untuk kemanfaatan umat selain bekerja. Kesibukan yang selama ini sering menjadi alasan ternyata bukan alasan. Tetapi selama ini memang berlaku “hukum” sak ombo-ombone alas isik luweh ombo alasan. Maka kini segera lakukan yang bisa dilakukan untuk kemanfaatan. Tidak selalu harus karya besar dan untuk dibangga-banggakan atau dilombakan. Berikan solusi atas apa yang sudah berani dikritisi. Jeburkan diri.

Mestinya tak ada alasan lagi untuk menunda pola hidup bersih dan sehat. Tak perlu lagi sosialisasi yang digambarkan berupa pertemuan besar dengan background dari banner besar diberi judul sosialisasi dan setiap peserta mendapat jatah konsumsi. Cukuplah pelajaran selama ini yang telah banyak mengubah tatanan kehidupan menjadi bahan renungan sebagai bekal segera melakukan tindakan. Nyata. Baik untuk diri sendiri maupun masyarakat dan lingkungan sekitar. Tanggung jawab moral dan sosial digugah. Sehat diri masing-masing secara kolektif akan menjadi sehat masyarakat. Sehat jasmani dan rohani. Saling peduli. Membangun tatanan kehidupan normal baru. Kehidupan normal lama plus. Plus protokol kesehatan. Plus disiplin PHBS. Plus hikmah dibalik musibah wabah.

 

June 8, 2020 at 9:31 am 2 comments

BERHATI-HATI DENGAN HATI-HATI

KLASTER

Masih tentang corona. Lebih spesifik covid-19. Virus yang telah dan sedang membawa perubahan besar dalam beberapa aspek dan tatanan kehidupan. Ekonomi, kesehatan, pendidikan hingga tatanan sosial kehidupan. Update informasi resmi maupun pemberitaan terus dilakukan agar masyarakat tahu perkembangan. Demi kehati-hatian. Dalam rangka pencegahan. Memutus rantai penularan. Termasuk juga sosialisasi tatanan kehidupan baru ke depan. Apa yang harus dan sebaiknya dilakukan. Apa yang harus dan sebaiknya tidak dilakukan.

Sisi lain dari prinsip kehati-hatian kadang dirasa hingga pada level berlebihan. Latar belakang pemahaman masyarakat terhadap situasi yang beragam. Koordinasi dan sosialisasi yang belum maksimal. Berita yang simpang siur. Banyaknya yang merasa ahli melebihi para ahli sendiri. Maraknya ahli berpendapat kadang mengalahkan pendapat para ahli. Beredarnya berita hoax yang tak bertanggung jawab. Kecepatan menyimpulkan yang kurang didukung data dan kemampuan literasi. Seolah menjadikan keadaan semakin rumit. Kehati-hatian yang memang penting dikedepankan semestinya juga dilakukan secara hati-hati. Situasinya sedang sensitif. Sejengkal salah melangkah atau sekedar menyebarkan info beresiko membuat masyarakat resah. Tidak sedikit yang berujung pada gesekan sosial. Menyebar menjadi berita tak benar dengan cepat. Secepat ujung jari menyentuh latar gadget.

Klaster. Kosa kata yang lagi jadi trending topic. Karena memang dampak klaster penyebaran virus sangat berbahaya. Maka banyak pihak menaruh perhatian lebih pada klaster. Untuk berhati-hati. Saling mengingatkan demi kebaikan bersama. Tetapi kehati-hatian yang tidak dilakukan dengan hati-hati justru berdampak negatif. Filosofi operasi matematika, perkalian, positif dikali negatif hasilnya sama dengan negatif. Menjadikan masyarakat resah karena belum terbukti tetapi sudah terlanjur disebutkan sebagai klaster. Orang yang mendengar atau membaca judul beritanya saja tanpa mendalami dan memahami konteksnya akan mudah terpengaruh.

Mari berhati-hati dengan hati-hati. Syair Jagalah Hati oleh Aa Gym mensyiarkan, jika hati kian bersih, pikiranpun akan jernih. Semangat hidup gigih, prestasi mudah diraih. Jadi berhati-hati dengan tetap disertai hati yang bersih dan pikiran jernih. Memahami dan mengolah informasi dilandasi referensi data, memastikan validitas data, triangulasi data. Tanggungjawab moral dan sosial untuk saling mengedukasi masyarakat. Jaga imun tubuh salahsatunya dengan dengan senantiasa menanamkan dan menyebarkan aura positif tanpa harus mengabaikan keadaan. Membalik aura negatif yang tersebar. Layaknya hujan, sudah turun deras maka tak bisa ditadahi. Pilihannya adalah kita minggir menghindari hujan atau mengolah air hujan agar bermanfaat.

Klaster dalam KBBI daring disebutkan; beberapa benda atau hal yang berkelompok menjadi satu; gugus. Pemahaman umum penggunaan kata klaster terkait covid-19 adalah kelompok yang menyebabkan penyebaran virus. Jika kata klaster tersebut ditarik ke dunia Pendidikan, khususnya dalam giat pembelajaran bermakna, dapat diarahkan untuk membentuk klaster-klaster best practice pembelajaran bermakna sebanyak-banyaknya. Jika klaster penyebaran virus tidak diharapkan bahkan membuat marah banyak pihak, maka semestinya klaster diseminasi pembelajaran bermakna sangat diharapkan bahkan dirindukan oleh banyak pihak. Pembelajaran bermakna baik daring maupun luring, kombinasi atau blended learning. Pembelajaran selama masa WFH dan BDR yang kiranya masih akan berlanjut dalam jangka waktu yang belum ditentukan. Tiap daerah akan berbeda perlakuan dalam penyelenggaraan pembelajarannya. Pilihan belajar dan berbagi menjadi penting bagi para stakeholders.

Fasilitas teknologi yang ada dan tersedia dapat dimanfaatkan untuk membentuk klaster diseminasi baik daring maupun luring. Pemerintah khususnya melalui kemendikbud juga menyediakan fasilitasnya. Platfom-platform atau aplikasi yang disediakan beberapa pihak juga dapat dimanfaatkan. Beberapa gratis. Tetapi jika itu sulit dilakukan karena beberapa kendala, tidak perlu jauh-jauh mereferensi skala lokal apalagi nasional karena kondisi dan variabel yang berbeda-beda. Bisa dimulai dari lingkup kecil di sekolah masing-masing. Klaster antar sesama guru serumpun atau antar guru mata pelajaran lain. Permasalahan di sekolah masing-masing bisa lebih spesifik diselesaikan bersama. Karakteristik permasalahan hampir sama karena subyek yang dihadapi sama, peserta didik yang sama, orang tua yang sama dan lingkungan yang sama. Dukungan klaster wali kelas akan menjadi tambahan imun untuk menguatkan komunikasi agar pembelajaran bermakna benar-benar bermakna. Saling belajar. Saling berbagi. Menguatkan profesi. Memberkahkan rejeki.

Mari…

June 5, 2020 at 6:08 am 2 comments

YANG PERTAMA

Hari Baru

Setiap orang pasti memiliki pengalaman yang pertama. Dimulai dari cerita orang tua yang katanya kapan kita pertama bisa bicara. Kapan kita bisa naik sepeda dan masih banyak lagi. Masa remaja bahkan mungkin masa anak-anak masih ingat kapan pertama (yang katanya) jatuh cinta. Kapan pertama memasuki masa baligh dan pengalaman yang-pertama lainnya. Memasuki masa dewasa sudah tentu ingat kapan pertama bekerja, memulai dunia baru yang memberikan kebebasan manajemen diri sekaligus di dalamnya belajar tanggung jawab dengan kehidupan.

Hari ini akan menjadi hari baru lagi. Bulan juni. Bukan hujan di bulan juni karena hujan di bulan juni ini bukan yang pertama lagi. Yang baru tersebut adalah suasana baru, tantangan baru. New Normal alias kenormalan baru. Sedang ramai dibahas dan dibicarakan, baik daring maupun luring. Baik sebatas pendapat-pendapat pribadi yang dibagikan hingga diskusi dari beragam sudut pandang dan pengalaman masing-masing, khususnya dalam bidang pendidikan. Lebih khusus terkait proses pembelajaran di sekolah yang pada kondisi normal sebelumnya, biasanya dilakukan tatap muka. Maka beban kerja guru juga dihitung dengan dasar tatap muka, minimal 24 dan maksimal 40 jam tatap muka. Pembelajaran dikatakan normal jika ada interaksi tatap muka antara guru dan peserta didik. Yang tidak tatap muka dianggap tidak normal. Beberapa tempat, sekolah, masyarakat, bahkan guru dan peserta didik sendiri, kadang menganggap tatap muka yang tidak tatap muka secara langsung, dalam bentuk virtual, video conference misalnya, masih asing. Tidak seperti umumnya. Meskipun bergelimang data internet sekalipun. Belajar tidak tatap muka langsung merupakan sesuatu yang tidak biasa, tidak normal. Padahal belajar tatap muka langsung juga tidak semua dijalani apalagi dinikmati. Belajar seolah hanya sebuah rutinitas normal mengisi waktu dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran belum bermakna. Jaman touchscreen dimana banyak hal dari kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi hanya dengan menyentuh layar gadget. Banyak generasi mager, malas gerak. Fasilitas yang ada cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan pada level kesenangan, belum pada kemanfaatan, untuk belajar misalnya. Banyak tersedia sumber belajar tetapi jarang disentuh dibanding pilihan-pilihan lain yang dianggap menyenangkan. Belajar belum menjadi aktifitas yang menyenangkan apalagi dibutuhkan. Sekolah kadang hanya dimaknai daripada di rumah. Kehadiran guru kadang tidak begitu dibutuhkan. Tidak semua Guru dapat menjadi sosok yang dirindukan.

Setelah beberapa lama mendapat pelajaran dari “Guru” yang bernama covid-19, kini banyak pihak siap atau tidak siap dituntut mampu menghadapi kenormalan baru. Pertama dalam hidup. Belajar di sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat, jika memenuhi syarat. Atau tetap lanjut dengan Pembelajaran Jarak Jauh, luring; luar jaringan. Ada dilema dalam hati. Kerinduan suasana sekolah.  Selama ini sekolah kurang dirasakan manfaatnya. Selama ini kadang dijalani sebatas aktifitas kerja dan tugas dari orang tua semata. Ternyata di sekolah, peserta didik sangat membutuhkan bimbingan dari seorang guru untuk menuntun ketika berada di belantara ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang hadir dengan kenetralan membawa dampak positif dan negatif. Pergi ke sekolah ditunggu. Guru dirindu. Guru sendiri tanpa kehadiran peserta didik, hatinya juga terasa kesepian. Keceriaan yang membahagiakan hingga kebandelan yang selama ini kadang dikeluhkan justru mengusik relung hati. Merindukan kehadiran mereka. Kerinduan untuk berbagi ilmu, pengalaman, nasehat, tuntunan hingga marah-marah kecil atas nama kasih sayang demi kebaikan. Serasa segudang ilmu dan kebaikan yang tersimpan di pikiran dan hati guru tak bermakna apa-apa jika tak tersampaikan pada mereka.

Selama masa pandemi belakangan ini, beragam cara dilakukan guru untuk menyelenggarakan pembelajaran bermakna. Apakah hasilnya sudah bermakna? Tercapai tujuannya? Akan seperti apa pembelajaran di masa kenormalan baru?

Bersambung….

May 31, 2020 at 9:49 pm Leave a comment

ILMU NGAMAL

Kekekalan Energi

Mudahkanlah urusan orang lain, dan biarlah Allah swt yang akan memudahkan urusanmu. Hidup itu perjalanan panjang. Kadang lurus mulus, membelok, menikung, menanjak ringan hingga berat serta kadang harus terjun bebas. Setiap orang memiliki dan mengalami pola yang berbeda. Tetapi bisa saling belajar dan mengambil hikmah. Yang pasti bisa saling membantu, ngamal. Amal sesama manusia beragam jenisnya. Dalam sebuah proposal sering disampaikan terima kasih atas bantuan baik materi maupun non materi.
Ilmu ngamal berbanding lurus dengan ilmu kekekalan energi. Ngamal tidak perlu dipaksakan harus cash and carry, langsung lunas terbayar. Bisa jadi terbayar di waktu lain atau dalam bentuk lain. “Berbisnis dengan Tuhan” jangan setengah-setengah karena Tuhan tak pernah setengah-setengah memberikan kasih sayang kepada hamba-Nya. Jangan pernah menghitung amal selama diniatkan untuk kebaikan. Tidak perlu sibuk mengkalkulasi nilai amal karena amal di mata manusia belum tentu sama nilainya di mata Allah swt. “Sebaik-baik  manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Maka banyak-banyaklah memberi manfaat dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Kepala dinas saya mengatakan, “kebahagiaan anda adalah sejauh mana langkah anda membahagiakan orang lain.” Berbagi kebahagiaan tidak harus dengan menyampaikan kebaikan-kebaikan atau kabar gembira saja. Tetapi berlaku jujur menyampaikan kondisi yang sebenarnya demi perbaikan juga akan menghadirkan kebahagiaan. Tak akan ada usaha kebaikan yang sia-sia untuk membahagiakan orang lain. Dan lihatlah kehidupan yang akan memberikan kebahagiaan kepada kita.
Buatlah orang lain merasakan kemanfaatan atas kehadiran kita dalam kehidupan mereka. Pesan Pak Sekretaris Dinas, jangan sampai wujuduhu ka‘adamihi. Keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Na’udzubillah.. Berbagi manfaat, baik materi maupun non materi. Bahkan dalam dalam mengajak ke jalan kebaikanpun, hadirkan manfaat, ajaklah dengan cara yang baik. Bil hikmah. Sebaik apapun diri kita, mengajaklah ke jalan kebaikan dengan cara yang baik. Tidak perlu merasa berada di seberang jalan yang berbeda, jalan yang lebih baik dan orang lain di sebelah jalan yang tidak baik. Ajaklah dengan cara yang baik. Revitalisasi peran, termasuk peran dalam kehidupan.
Ibu Kepala Bidang juga berpesan, banyak-banyak bersuyukur. Jangan pernah lelah menengadahkan tangan dan memanjaatkan untaian bait-bait syukur atas segala nikmat yang berserakan di muka bumi. Walau kadang nikmat di tangan kita saat ini seolah terasa pahit. Yakinlah bahwa bagi hamba-hamba yang pandai bersyukur pasti akan ditambah nikmat-Nya. Terima dahulu, syukuri dahulu dan silahkan lanjutkan berdoa dan berharap sesuai yang diinginkan. Selebihnya biarlah Allah swt yang memberikan yang terbaik bagi hidup kita. Just do the best and let God do the rest.
Ahhh… betapa hidup terasa sangat indah ketika bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang berjiwa besar dan tulus yang ringan hati saling menasehati, watawa shaubil haq watawa shaubish shabr. Terpenting pula mereka menyampaikan nasehat dengan cara yang baik. Bil hikmah. Tidak butuh jawaban atau respon. Tetapi butuh kontemplasi. Kebesaran dan ketulusan hati untuk instropeksi diri.
Semoga dimudahkan pikiran dan langkah untuk belajar dari orang-orang “besar” yang kadang jangkauan berpikirnya diluar kemampuan. Langkah usahanya di luar batas ketentuan yang membatasi demi kemaslahatan umat. Saking jauhnya bahkan kadang menimbulkan hati dan pikiran bekerjasama untuk suuzan atas keputusan atau kebijakan mereka. Tak akan mungkin orang-orang besar melangkah besar jika ilmu, hati dan pikirannya sempit. Sungguh malu ketika ingat kadang hati ini pernah merasa sakit hati atas caci maki dari orang-orang yang mengomentari. Padahal memang komentator tugasnya untuk mengomentari. Bahkan adakalanya memang dibayar untuk berkomentar. Komentator tayangan olah raga misalnya.
Lanjutkan saja gerak langkah selama dalam kebaikan yang sudah diusahakan dengan cara sebaik-baiknya tanpa perlu merasa paling baik. Banyak tantangan yang harus dihadapi di masa New Normal. Tantangan dimana orientasinya sudah pada Human Capital dari sebelumnya Human Resources. Siapkan energi maksimal karena masih banyak yang perlu dipikirkan dan dilakukan untuk berbagi kebaikan, kemanfaatan dan kebahagiaan.

Wallahu a’lam bis-shawab

May 29, 2020 at 10:41 pm 2 comments

MAU MAKAN AJA SUSAH

Lebaran Corona Hari Kedua

Lebaran kedua masih sama. Sama dengan kemarin. Sepi. Tak layaknya hari raya seperti umumnya. Hari raya yang dirayakan. Beragam perayaan. Baik sendiri maupun bersama-sama. Apalagi budaya lebaran. Turun temurun selalu rame biasanya. Tapi memang lebaran ini sudah banyak yang merasakan sejak awal akan berbeda. Nyatanya tetap saja Ketika tiba hari H banyak yang terpana. Memang beda. Tapi rasanya tak terima. Tetapi harus diterima. Demi kebaikan dan kemaslahatan bersama.

Termasuk urusan makan. Setelah sebulan berpuasa dengan hidangan makan sahur dan buka ala resep masakan Ramadhan, ada rasa ingin mencoba masakan “luar” sana. Tapi sebenarnya lebih pada rindu suasana merayakan lebaran. Makan-makan bersama keluarga. Rame-rame. Tapi ketemunya sepi. Warung-warung dan restoran tutup. Telepon sana-sini, muter sana-sini belum ketemu. Browsing di intenet untuk mencari kontak dan ingin memastikan restoran buka juga tidak tersambung. Tak ada jawaban. Dialihkan ke panggilan rekaman.

Kembali kehidupan memberikan pelajaran. Adakalanya apa yang kita rindukan baru terasa disaat tak ada. Betapa susah mencarinya. Biasanya mudah ditemukan. Kadang dirasa biasa saja. Urusan makan dan restoran mungkin bukan masalah penting karena masih bisa kembali ke menu keluarga di rumah. Tetapi kadang hal penting dalam hidup begitu sangat dirindukan setelah tiada. Lebaran tahun lalu masih bersama keluarga utuh, saudara, teman dan sahabat lengkap. Lebaran ini sudah ada yang pergi meninggalkan kita. Ada yang kurang. Dahulu waktu mereka ada kadang kita bergaul biasa saja. Kadang malah kita membencinya. Susah menerima kekurangannya. Kini setelah tiada baru kita rasakan rindu kehadirannya. Atau barang. Kadang disaat kita memilikinya hanya digunakan dan dimanfaatkan seperlunya. Giliran sudah tak ada baru bingung mencarinya.

Semoga kita tidak termasuk yang demikian. Sering abai pada nikmat yang kita punya. Walau kadang tidak enak dirasa. Tetapi pak kyai sering mengingatkan apa yang baik bagimu belum tentu baik menurut Allah swt. Dan sebaliknya yang buruk bagimu bisa jadi yang terbaik bagi Allah swt. Jangan pernah membiarkan sebiji sawipun kesombongan mengganjal dalam hati kita. Sebaik dan sebanyak apapun kebajikan yang kita rasa telah kita perbuat dalam kehidupan. Hanya Allah lah yang berhak menilai kebajikan dan kebenaran. Jangan sampai merugi sibuk menghitung amalan di muka bumi, baik kepada sesama maupun pada alam dan akhirnya kehilangan pahala yang sebenarnya. Sebenarnya balasan nikmat apa yang kita rasakan di muka bumi baru down payment pahala. Pahala sesungguhnya akan dibayarkan nanti di kehidupan selanjutnya.

Maka jangan pernah berputus asa atas nikmat yang Allah berikan. Bahkan disaat gagal sekalipun meski sudah bersujud-sujud dan berdoa sepanjang waktu tetapi belum dikabulkan. Bisa jadi doa-doa kita akan dijawab nanti atau dalam bentuk lain. Paling tidak doa-doa kita akan menjadi tabungan amal. Jangan pernah lupa mensyukuri apapun yang kita punya saat ini. Jangan menunggu hilang atau tiada. Jangan sombong. Penyesalan datangnya belakangan. Bandingkanlah nikmat sekecil apapun yang dirasa dengan keadaan dibawahnya agar terjaga sifat syukur di hati. Barang siapa bersyukur akan ditambah nikmat-Nya. Syukur bukan sekedar ucapan hamdalah. Bersyukur dengan terus berbuat yang lebih baik dan terus lebih baik. Tanpa perlu merasa sebagai yang terbaik dan merasa berhak untuk menilai orang lain yang tidak sama dalam kebaikan kita adalah yang tidak baik. Seolah yang baik-baik baru dikatakan baik jika searah dengan kebaikan kita atau kelompok kita. Wabah corona kiranya telah cukup menguji syahadat kita. Keyakinan dan kepasrahan pada Allah swt. Wallahu a’lam bish-shawab..

May 25, 2020 at 12:33 pm Leave a comment

SULAP SEBAGAI “ICE BREAKER” DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Untuk mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas dengan tujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, pemerintah menetapkan peraturan tentang Standar Pendidikan Nasional (PP No 19 Th 2005), yang di dalamnya memuat 8 lingkup standar, salah satunya adalah standar proses. sulap

Dijelaskan dalam peraturan tersebut, yang dimaksud dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.  Lebih detail dijabarkan ketentuan bahwa, Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta  memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain ketentuan tersebut juga ditentukan, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Serta, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. (Pasal 19)

Secara tersurat dan tersirat, dari ketentuan-ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah proses pembelajaran yang baik dan terstandar adalah proses pembelajaran yang didalamnya tercipta atau diciptakan masyarakat belajar (learning community) yang sama-sama disadari dan didasari bahwa belajar adalah sebuah kebutuhan, sehingga proses pembelajarannya akan berlangsung secara PAIKEM (produktif, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) baik dari sisi Guru maupun peserta didik, dan lebih lanjut tujuan belajar, dalam hal ini ketuntasan kompetensi, akan tercapai secara maksimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Untuk mewujudkan hal tersebut, mengingat dalam sebuah proses pembelajaran melibatkan dua pihak pokok sebagai pelaku, guru dan peserta didik, maka diperlukan ”sambung rasa” di antara keduanya agar sama-sama menikmati proses yang dijalani  dan menghasilkan kebermaknaan pembelajaran (joyfull but meaningfull). Dengan kata lain, dalam sebuah kelas pembelajaran, guru dan siswa mesti mempunyai arah dan tujuan serta cara yang sama-sama disepakati, yakni mencapai ketuntasan suatu kompetensi dengan cara yang menyenangkan.

Bukan hal mudah untuk menyatukan hati dan pikiran dengan latar belakang yang berbeda-beda. Guru dengan beragam motivasi dan tujuan menjadi guru, akan memunculkan beragam karakter guru pula. Begitu juga dengan peserta didik. Dengan berbagai latar belakang keluarga, lingkungan sosial budaya masyarakat serta pengalaman belajar di masa lalu, juga melahirkan berbagai tipe pembelajar. Sehingga, terkadang jamak ditemui di lapangan sebuah proses pembelajaran yang gersang, jauh dari keceriaan dan rasa senang, tidak fokus dan tepat sasaran atau tidak ”nyambung” satu sama lain hingga terkesan sekedar memenuhi ”kewajiban”, kewajiban masuk kelas.

Tetapi, bukan hal mudah di atas, tidak selamanya bermakna tidak bisa dihadapi dan dicarikan solusinya. Dalam menghadapi suatu masalah, mencari akar atau latar belakang masalah memang merupakan hal penting, tetapi bukan dijadikan sekedar reason untuk menghindari masalah atau pembenar jalan pintas dan pasrah pada keadaan, melainkan sebagai referensi untuk mencari solusi. Gunakan jurus seribu cara dan bukan seribu alasan, sehingga rintangan bukan merupakan halangan melainkan akan menjadi sebuah tantangan.

Salah satu cara yang bisa digunakan dalam rangka ”sambung rasa” antara guru dan peserta didik dalam sebuah kelas pembelajaran adalah dengan menggunakan teknik sulap sebagai ice breaker. Sulap adalah permainan ketangkasan, baik otak maupun fisik, yang sekarang berkembang dengan ketangkasan teknologi, yang sifatnya menghibur dan membuat penasaran. Sulap dipilih dengan referensi bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki jiwa atau sifat kanak-kanaknya, yakni selalu ingin senang dan ceria dengan bermain. Selain itu, bagi guru, untuk bisa memainkan sulap tidak membutuhkan biaya mahal, karena hanya membutuhkan keseriusan belajar dan ketelatenan serta kesabaran untuk terus mengulang-ulang hingga benar-benar bisa. Banyak media yang bisa dijadikan sumber belajar, mulai dengan buku, menyaksikan program pembongkaran rahasia sulap di televisi hingga belajar melalui internet baik secara online maupun offline. Untuk alternatif sumber belajar terakhir, berdasarkan pengalaman penulis, ”mbah” Google kiranya sangat bisa membantu dengan stok gudang informasinya.

Dengan seorang guru memainkan sulap, atau meminta seorang peserta didik untuk unjuk kebolehan bermain sulap di hadapan teman-temannya, akan menjadikan kebekuan suatu proses pembelajaran meleleh bahkan mencair dan seluruh warga kelas menjadi senang dan berminat untuk menyaksikan sehingga otak atau pikirannyanya akan fokus di kelas tersebut dan lebih lanjut akan lebih siap untuk menerima pelajaran. Terlebih, trik sulap tersebut juga bisa dijadikan poin perangsang bagi peserta didik untuk berkompetisi dalam mencapai ketuntasan belajar. Barang siapa peserta didik yang mampu mencapai ketuntasan belajar dengan hasil maksimal akan mendapatkan ilmu tambahan berupa rahasia trik sulap yang telah dimainkan dengan perjanjian tidak boleh dibocorkan melalui pemberian pengertian, ”Sulap hanya menarik ketika hal tersebut menjadikan penontonnya penasaran. Jadi ketika rahasia sulap kamu bocorkan, maka sulapmu tidak akan menarik lagi. Maka ingatlah, ketika seorang penonton menyuruh mengulang sulap yang sama, sebenarnya ia hanya ingin mengetahui rahasia sulap tersebut.”

Melalui cara tersebut, meskipun kadang hal itu hanya berlangsung dalam hitungan detik, akan menjadi momen menyenangkan yang membekas kuat. Dan dengan diulang-ulangnya hal itu, maka rasa senang yang dirasakan akan mengakumulasi menjadi rasa senang belajar, tentunya dengan kontrol-kontrol pengarahan. Sekaligus, hal itu akan menjadikan ikatan emosional hubungan formal guru dan peserta didik menjadi lebih baik sebagai modal kuat seorang guru mendapatkan kepercayaan, kewibawaan dan penghargaan dalam menyampaikan dan mengamalkan ilmunya sehingga akan membawa efek positif apa yang disampaikan akan lebih mendapat tempat dalam sejarah belajar peserta didiknya. Apalah arti kerja keras dan cerdas seorang guru jika tanpa diimbangi rasa menerima dengan ikhlas dari para peserta didiknya? Hanya akan menjadi sebuah kebohongan realita. Tampak peserta didik yang diam dan menurut, tetapi dalam hati dan pikiran penuh dengan berontak.

March 4, 2013 at 1:36 am Leave a comment

MENDIDIK DENGAN CINTA

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu

Mereka adalah anak-anak kehidupan, yang rindu akan dirinya sendiri

Mereka dilahirkan melalui engkau, tapi bukan darimu

Meskipun mereka ada bersamamu, tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri

Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi cINTA

 

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan dalam pasal 3 bahwa, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Petuah Kahlil Gibran serta amanat Undang-Undang Sisdiknas di atas sudah semestinya menjadi sumber inspirasi dan referensi bagi seorang guru dalam menjalankan kewajiban profesinya,  dimana porsi lebih besar peran guru sebagai pendidik adalah mengelola pembelajaran. Terlebih pembelajaran sebagai core bisnis dunia pendidikan kini semakin menjadi fokus trend tuntutan layanan prima berorientasi pada mutu demi memenuhi kepuasan pelanggan, dalam hal ini siswa, berdasarkan pada prinsip humanism yang memandang mengajar sebagai bagian dari proses mendidik adalah memanusiakan manusia dengan cara-cara manusiawi.

Maka dapat diambil hikmah bahwa memberikan layanan pendidikan dalam bentuk pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suasana nyaman, yang diliputi semangat juang tinggi yang dirasakan peserta didik sebagai subyek pembelajaran, dimana mereka akan merasa dituntun dan dihargai dengan segala kelebihan juga termasuk kekurangannya. Atau sebaliknya dimana mereka tidak menginginkan merasakan perlakuan subyektif guru yang berbasis untrusted ataupun judgement yang memposisikan mereka sebagai obyek sehingga harus “tunduk” untuk menerima perlakuan apapun, apalagi ketika mereka dianggap berbuat “salah”. Dari suasana tersebut lebih lanjut diharapkan proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif yakni kualitas peserta didik mampu dikembangkan secara maksimal sesuai potensi yang ada padanya.

Mewujudkan suasana pembelajaran yang nyaman sebagaimana dimaksud tentunya perlu dibangun sambung rasa atau komunikasi dua arah untuk membuat deals atau kesepakatan-kesepakatan yang dapat dipertanggungjawabkan antara guru dan peserta didik sehingga kedua belah pihak merasa “klik” dan selanjutnya sama-sama ikhlas menjalani proses pembelajaran yang bermanfaat serta tepat tujuan dan sasaran, meaningfull tetapi tetap dalam suasana yang menyenangkan, joyfull.

Salah satu bahasa sambung rasa yang tentunya dimiliki oleh setiap manusia adalah bahasa CINTA. Bahasa dimana setiap manusia, termasuk guru dan peserta didik, akan merasa “mak nyus” ketika merasakan dan menggunakannya. Bahasa cinta adalah bahasa dimana setiap kata atau kalimat yang diucapkan maupun tingkah laku yang ditunjukkan senantiasa berlandaskan nilai-nilai manusiawi saling menghargai, saling mengasihi dan saling menyayangi sebagai sesama makhluk ciptaanNya yang masing-masing dibekali dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri.

Ingatkan pada sebuah renungan, suatu tujuan yang baik mesti ditempuh dengan cara yang baik pula, termasuk menyampaikan ilmu maupun menanamkan budi pekerti pada peserta didik melalui pembelajaran. Maka,

Tidak mungkin guru mengajarkan kasih sayang dengan cacian

Tidak mungkin guru mengajarkan ketulusan dengan pemaksaan

Tidak mungkin guru mengajarkan kesabaran dengan kemarahan

Tidak mungkin guru mengajarkan kelembutan dengan kekerasan

Tidak mungkin guru mengajarkan kemandirian dengan kemanjaan

Tidak mungkin guru mengajarkan keikhlasan dengan kekeluhkesahan

Ketika seorang guru merasakan menghadapi banyak permasalahan dalam mengelola pembelajaran, kembalikan permasalahan-permasalahan tersebut pada kekuatan bahasa cinta disertai dengan contoh nyata. Dalam konsep pengembangan diri didasari bahwa setiap peserta didik menurut Thomas Armstrong yang mengutip pendapat Howard Gardner (2002), memiliki potensi multiple intelligences, yaitu kecerdasan Logis, Linguistik, Spasial, Kinestetik, Musikal, Interpersonal, Intrapersonal, dan Natural.  Selain itu, juga bisa dilandasi dengan identifikasi gaya belajar peserta didik baik gaya Visual, Auditori maupun Kinestetis. Dengan demikian, Guru bisa menentukan metode pembelajaran atau pembinaan dan pengembangan pribadi siswa secara bervariasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhan, sekali lagi, sehingga siswa merasa dihargai.

Dengan bahasa sederhana, setiap peserta didik memiliki bakat dan gaya belajar masing-masing yang bisa ditelusuri dan dimanfaatkan untuk memaksimalkan motivasi, kemampuan sekaligus hasil belajarnya. Dengan disesuaikannya modal dasar yang dimiliki dengan gaya belajar dan kebutuhan peserta didik, diharapkan sebuah proses pembelajaran, termasuk penanaman budi pekerti, dapat berjalan secara efektif dengan hasil yang maksimal tanpa harus membuat pihak yang terlibat merasa terpaksa apalagi dipaksa.

Terlebih, ketika mengingat masa-masa musim Ujian Nasional. Diharapkan dengan pengelolaan pembelajaran berbasis cinta dari awal peserta didik menapakkan kaki memasuki kelas belajar baik indoor maupun outdoor, ketegangan untuk tidak menyebutnya stress menghadapi Ujian Nasional bisa dihindari karena pada setiap peserta didik telah tertanam senang dan tanggung jawab untuk belajar karena mereka telah merasakan serta mendapatkan manfaat dan pengalaman belajar yang membahagiakan karena selama belajar merasa dihargai dan dilayani sesuai dengan keberadaan dan potensinya termasuk diperhatikan kekurangannya.

Betapa indah dunia guru khususnya dan negeri ini ketika semua peserta didik yang notabene sebagai generasi penerus peradaban tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi nan santun karena selama masa belajarnya senantiasa bersahabat dengan cinta yang penuh dengan bahasa-bahasa kesantunan selain juga mereka menguasai ilmu pengetahuan serta terampil menggunakannya sehingga mereka akan menjadi pahlawan-pahlawan pada masanya.

Tausiah bijak, siapapun diri kita, maka jadikanlah diri kita pahlawan dalam hal apapun yang sekiranya kita mampu melakukannya. Jika tidak mampu, maka lahirkanlah, didiklah dan doronglah agar ada orang yang jadi pahlawan. Jadilah pahlawan.

Terinspirasi bahasa cinta, persembahan CINTA untuk guru :

Ciptakan selalu pembelajaran yang menyenangkan tanpa mengabaikan manfaat dan tujuan.

Indahnya menginspirasikan mentari pagi yang tak pernah lelah memberi manfaat bagi alam.

Nikmati dan syukuri segala apa yang telah Allah berikan dan Allah Maha Menepati Janji dengan terus menambah nikmatNya bagi orang-orang yang pandai bersyukur.

Tanamkan semangat belajar sepanjang hayat untuk terus meningkatkan kualitas diri dan profesi

Alunkan sepanjang masa nada-nada cinta untuk membangun bahasa pembelajaran yang santun

February 25, 2013 at 1:48 am Leave a comment

MENINGGALKAN ZONA NYAMAN

Tahun Pelajaran telah memasuki masa injury time. Sebagian besar konsentrasi banyak pihak focus pada namanya Ujian Nasional, Ujian Akhir Sekolah sebagai pertanda berakhirnya masa Tahun Pelajaran. Selanjutnya, Tahun Pelajaran baru segera datang. Waktu bergeser, generasi berganti. Di Tahun Pelajaran Baru, yang berarti esok hari seyogyanyalah lebih baik dari hari ini.StepOutComfortZone 

Continues Improvement. Satu prinsip bagi lazimnya orang-orang yang ingin hidupnya semakin hari menjadi lebih baik, sehingga merupakan suatu hal penting untuk melakukan perenungan dalam rangka mempelajari hikmah perjalanan hidup yang telah dilalui. Begitu pula, bagi orang-orang dalam pendidikan, tentunya sudah menjadi suatu keharusan untuk melakukan evaluasi yang selanjutnya diambil hikmah manfaat, mengidentifikasi dan menginventarisasi masalah serta didukung dengan referensi yang dapat dipertanggung jawabkan demi melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas pemelajaran menuju ke arah yang lebih baik.

Tanpa menafikan beberapa situasi dan kondisi yang telah kondusif untuk suatu  proses pemelajaran sehingga mampu melahirkan generasi yang berkualitas, kiranya perlu diakui  masih adanya proses pembelajaran di negeri ini yang sejauh sekarang kebanyakan dikenal tidak jauh dari kognitif oriented, dimana akhirnya melahirkan praktek proses pemelajaran yang diistilahkan Dave Meier dalam Accelerated Learning sebagai “Penyakit Belajar” yang diantaranya, 1). Puritanisme, ditandai dengan serius, suram, kering, kaku, dan berpusat pada guru, 2). Individualistik, berciri persaingan tidak sehat, menjauhkan kerjasama, menimbulkan keterasingan, 3). Sistem Pabrik, didasarkan target waktu dan patuh pada hanya satu petunjuk, 4). Pemisahan tubuh dan pikiran, ditunjukkan menekankan pada kerja otak dan pasif secara fisik. Yang kesemuanya itu, karena berlangsung lama, menimbulkan kebiasaan yang menjebak karena tampak menyenangkan dan mengenakkan tetapi kurang mendatangkan manfaat, yang dalam istilah Quantum Teaching disebut “Zona Nyaman” dan kebanyakan menyebabkan motivasi para pelaku yang terlibat proses pemelajaran berkurang, yang pada beberapa kasus ekstrem sampai rusak dan tidak dapat diperbaiki, contoh indikasinya dari sisi peserta didik adalah bahwa belajar sebatas mengerjakan PR.

Membahas motivasi belajar, semua pihak yang terlibat dan peduli dunia pendidikan, khususnya pada proses pemelajaran, sangat menyadari bahwa salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasilnya suatu proses pemelajaran adalah adanya motivasi, baik motivasi guru untuk memberikan layanan pendidikan yang prima dengan merancang pemelajaran yang meriah ibarat sebuah orkestra yang terdiri dari bermacam-macam sumber suara tetapi jika dipadukan secara profesional akan melahirkan suara nan merdu sehingga layak didengar dan layak untuk dirayakan, maupun motivasi siswa untuk belajar yang menganggap belajar sebagai sebuah kebutuhan sehingga belajar selalu menyenangkan dan bukannya kewajiban atau keterpaksaan yang harus dijalani tanpa sedikitpun tanggung jawab terhadapnya, termasuk didalamnya usaha orang tua untuk ikut menumbuhkan dan membangun motivasi belajar anak.

Untuk itu, seideal apapun teori yang bisa diaplikasikan tidak akan memberikan hasil yang ideal pula jika terjadi miss communication di antara pihak yang terlibat, mengingat pada dasarnya pendidikan adalah menyangkut banyak komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi dan mendukung, khususnya antara guru dan siswa. Dengan kata lain, sudah semestinya hal-hal yang menyangkut orientasi, proses yang baik dan benar sekaligus tujuan yang hendak dicapai dari sebuah proses pemelajaran dikomunikasikan untuk dapat saling disadari, dipahami dan ditindaklanjuti bersama dengan action yang konsekuen serta konsisten.

Jadi, keseimbangan yang proporsional atas kewajiban dan hak antara guru dan siswa merupakan hal penting. Guru sudah tidak semestinya selalu dan terlalu menuntut siswa untuk selalu mempunyai, mempertahankan dan meningkatkan motivasi belajar sedangkan pada sisi lain seorang guru tetap bertahan atau “istiqomah” dengan eksklusifitas serta kebanggaan sebagai seorang guru yang HARUS digugu dan ditiru dengan hanya bermodal satu dua metode yang dianggap paling benar. Lebih parah lagi, Guru tidak seharusnya menutup diri dari ilmu-ilmu yang up to date sebagai modal usaha up-grading kompetensi, mengingat Guru selain sebagai sumber belajar juga merupakan model belajar.

Lain pihak, siswa seharusnya menyadari bahwa belajar sebenarnya adalah merupakan sebuah kepentingan serta kebutuhannya sendiri sebagai modal masa depan demi mewujudkan tanggung jawabnya menjadi generasi agama, bangsa, negara dan orang tua, terlebih sebagai kholifatul fil ardhi. Maka, motivasi belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan adalah suatu keharusan.

Seorang guru, bahkan professor sekalipun, tidak akan mampu memperbaiki kualitas dan kuantitas pengetahuan dan ketrampilan seorang siswa jika tidak didasari kesadaran dan tanggung jawab siswa terhadap kebutuhan belajarnya. Termasuk, ketika seorang guru berfikir dan bekerja keras memberikan layanan belajar yang bervariasi dan berkualitas demi meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, tidak akan banyak bermanfaat tanpa itikad baik berupa dukungan dan partisipasi aktif dari para siswa untuk meresponnya.

Dengan demikian, para pelaku pemelajaran harus segera saling berkomunikasi dan berkoordinasi untuk berangkat meninggalkan “Zona Nyaman” yang selama ini dirasakan, jika ingin kualitas pemelajaran yang dijalaninya menjadi lebih baik. Dimulai dengan kesadaran akan kewajiban masing-masing, khususnya guru dan siswa, yang menjadikan setiap pikiran dan tindakan yang diambil senantiasa mencerminkan dan mendukung terwujudnya psikologis suasana pemelajaran yang sehat dan kondusif, sehingga mampu mengemas proses pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan tanpa harus mengabaikan dan mengurangi makna tujuan, jadi hasilnya memberikan manfaat yang besar bagi kemaslahatan umat.

Maka, budaya adalah hasil cipta, karsa dan karya manusia dalam usahanya mencapai tujuan hidup. Dengan istilah lain, budaya adalah produk manusia, maka budaya juga bisa diubah oleh manusia, termasuk budaya “Zona Nyaman” belajar yang selama ini terjadi. Dan dari perubahan yang dimaksud akan mendukung tercapainya tujuan pendidikan berupa peningkatan kualitas dan kuantitas kompetensi serta perilaku, yang lebih utama peningkatan kadar iman dan taqwa. Karena, ketika pemelajaran khsususnya dan pendidikan umumnya, yang diselenggarakan dengan cucuran tenaga juga biaya yang tidak sedikit tersebut tidak menimbulkan perubahan ke arah yang lebih baik pada diri seseorang, maka hanya akan menjadi sesuatu yang sia-sia. Semoga tidak demikian adanya. Amin.

February 25, 2013 at 1:39 am Leave a comment

Older Posts


About Me

Who dares to teach must never cease to learn.

Seorang guru yang ingin terus belajar dan berbagi. Sukses sendiri itu hebat tapi sukses bersama lebih hebat. Kolaboarasi menyiapkan generasi terbaik masa depan.

The Calender

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Go Green

Ayo Membaca

Categories